Network


Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.

Hotspot


Dive into the research topics where Djoko Wahyono is active.

Publication


Featured researches published by Djoko Wahyono.


Pharmaceutical and Clinical Research | 2017

The Effectiveness of Video Education How to Use Diskus® DryPowder inhaler on Out-Patients Copd In Mojokerto, Indonesia

S A Mahfouz; Zullies Ikawati; Djoko Wahyono

COPD therapy aims to prevent and overcome acute exacerbation on COPD which could be fatal and even lead to death. Thus, it must be prevented with optimum medication during stable condition. Bronchodilator in the form of inhalation are preferred in COPD medication because systemic bronchodilator has many side effects compared to that of topical bronchodilator (inhalation). DPI (dry-powder inhaler) has been developed and introduced to the market since 1967 as a solution or choice concerning MDI (metered-dose inhaler) setbacks where patients felt difficult in coordinating hands and lungs. Evidences suggested that multi-unit dose DPI such as Diskus® offered most reliable and consistent performance and it is preferred by patients. The improper using of inhaler is one of the main causes holding up asthma control since it can affect patients dosage intake which is not optimal. This research aimed to know the efficacy of Diskus® preparation usage education given to COPD patients. Method used in this research was one study group pre-test dan post test. The number of respondents involved in this research was 55 respondents. The result of t-test suggested that t-count is fewer than p-value (0.05) suggesting that there was difference between pre and post test score as a result of oral or motor evaluation. It is then concluded that Diskus® usage education affected the patients in the improvement of inhaler usage accuracy based on oral and motor evaluation. This research only reviewed COPD patients skill in using Diskus®, thus it is required to conduct further research to dig the understanding in the usage of Diskus® like drug indications, interval, how to notice side effects and how to overcome them. Also, this research only reviewed knowledge increase, but yet described outcome improvement from the using of COPD therapy itself.


Journal of Management and Pharmacy Practice | 2016

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWATDI BANGSAL PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU)

Fitri Rahmantika; Ika Puspitasari; Djoko Wahyono

Pasien yang dirawat di bangsal pediatric intensive care unit (PICU) sangat rentan terhadap Multidrug-resistant organisms (MDRO) yang dapat menyebabkan infeksi yang sulit disembuhkan.Multidrug-resistant (MDR) dapat disebabkan pemakaian antibiotik yang tidak tepat dan kurangnya perhatian terhadap pengendalian infeksi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola MDRO dan sensitivitasnya terhadap antibiotik, pola infeksi MDRO dan gambaran luaran klinis penggunaan antibiotik definitif pada pasien PICURSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten selama periode Januari 2013 – Desember 2015. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang dilakukan secara retrospektif menggunakan rekam medik pasien PICU RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang memenuhi kriteria inklusi. Analisa data dengan menggolongkan MDRO, jenis infeksi MDRO dan antibiotik yang masih poten untuk masing-masing bakteri berdasarkan hasil kultur dan tes sensitivitas Laboratorium Klinik Mikrobiologi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hasil penelitian ini menunjukkan bakteri yang menginfeksi pasien PICU RSST Klaten selama periode Januari 2013 - Desember 2015 adalah Pseudomonas sp, Staphylococcus sp, Serratia sp, Enterobacter sp, Klebsiella sp, Acinetobacter, E.coli, Moraxella sp, Yersinia sp dan Enterococcus sp. Isolat bakteri tersebut 100% termasuk kategori MDRO. Antibiotik yang masih poten untuk semua bakteri gram negatif dengan tingkat sensitivitas tertinggi adalah levofloksasin dan meropenem, sedangkan untuk bakteri gram positif dengan tingkat sensitivitas tertinggi adalah amikasin. Jenis infeksi MDRO dengan presentase terbesar yang ditemukan adalah sepsis (25%), komplikasi pneumonia dengan sepsis (25%) dan pneumonia (11,1%). Antibiotik definitif yang diberikan untuk pasien PICU sebagian besar sesuai dengan hasil tes kultur dan sensitivitas. Luaran klinis pasien dengan MDRO 58,3%, membaik, 11,1% tidak membaik dan 30,6%. meninggal. Pasien meninggal sebagian besar adalah pasien dengan diagnosis lain yaitu syok sepsis (45,4%) dan gizi buruk (36,4%). Kata kunci: MDRO, infeksi MDRO, resisten antibiotik


Journal of Management and Pharmacy Practice | 2016

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP LUARAN KLINIK PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH AKIBAT KATETERISASI

Denia Yuni Wulandari; Djoko Wahyono; Rizka Humardewayanti Asdie

Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi didefinisikan sebagai infeksi pada pasien yang pernah atau masih menggunakan kateter indwelling (menetap). Penggunaan antibiotik secara tidak rasional dapat menimbulkan pengobatan kurang efektif, resiko efek samping, meningkatnya resistensi antibiotik dan tingginya biaya pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik dan pengaruhnya terhadap luaran klinik pasien infeksi saluran kemih akibat kateterisasi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cohort retrospektif dengan pengambilan data secara retrospektif berdasarkan data catatan medis pasien infeksi saluran kemih akibat kateterisasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari 2013-November 2015. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dievaluasi rasionalitas penggunaan antibiotiknya dengan metode Gyssens serta outcome klinik setelah terapi antibiotik empiris diberikan selama tiga hari. Data dianalisis dengan uji statistik Chi-square (variabel kategorik). Jumlah pasien pada penelitian ini sebanyak 63 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antobiotik empiris yang diberikan pada pasien CAUTI setelah dievaluasi dengan metode Gyssens, dari 63 pasien diketahui 49 (77,77 %) pasien penggunaannya rasional (kategori 0) dan 14 pasien (22,22 %) tidak rasional. Penggunaan antibiotik rasional pada pasien infeksi saluran kemih akibat kateterisasi memberikan luaran klinik lebih baik dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan antibiotik tidak rasional. Kata kunci: Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi, antibiotik, rasionalitas, luaran klinik, metode Gyssens


Journal of Management and Pharmacy Practice | 2015

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH

Sefi Megawati; Fita Rahmawati; Djoko Wahyono

Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi. Penggunaan antibiotik profilaksis di rumah sakit merupakan pemberian antibiotik yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk mencegah terjadinya ILO. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besar angka kejadian ILO, persentase penggunaan antibiotik profilaksis yang rasional (kategori 0), jenis ketidak rasionalan penggunaan antibiotik profilaksis (kategori I-V) dan hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Penelitian merupakan penelitian observasional mengunakan metode cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Analisa dan evaluasi data berupa analisis deskriptif untuk mengetahui jumlah ILO serta melihat rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode Van der Meer dan Gyssens serta analisa bivariat menggunakan metode Chi-square untuk mengetahui hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya angka kejadian ILO sebanyak 7 pasien (4,0%) dari 177 pasien. Penggunaan antibiotik yang rasional 0% dan jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik menurut kategori V (indikasi) sebanyak 4,0%, kategori IVA (efektifitas) sebanyak 98,2%, kategori IVC (harga) sebanyak 5,9%, kategori IVD (spektrum) sebanyak 98,2%, kategori IIIA (durasi terlalu lama) sebanyak 99,4%, kategori IIA (dosis) sebanyak 0,6%, dan kategori I (waktu pemberian) sebanyak 27,1%. Tidak ada hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan infeksi luka operasi.


Journal of Management and Pharmacy Practice | 2014

EVALUASI DOSIS WARFARIN DAN HASIL TERAPINYA PADA PASIEN RAWAT JALAN

Nova Hasani Furdiyanti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono

Penggunaan warfarin dimonitor berdasarkan efek farmakodinamik dari prothrombin time (PT) melalui nilai international normalized ratio (INR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan kadar warfarin dalam darah pasien, hasil terapi pasien yang mendapat terapi warfarin dilihat dari nilai INR, dan mengetahui korelasi antara perkiraan kadar warfarin dengan hasil terapi. Penelitian ini adalah penelitian observasional retrospektif yang bersifat deskriptif dan korelatif. Subjek penelitian adalah pasien rawat jalan yang mendapat terapi warfarin oral di RSUP dr. Sardjito pada Jnuari 2011 sampai Oktober 2013. Perkiraan kadar warfarin dihitung berdasarkan rumus farmakokinetika, sedangkan analisis korelasi dilakukan dengan analisis korelatif Spearman. Hasil penelitian pada 86 subjek penelitian menunjukkan perkiraan kadar warfarin rata-rata pada keadaan tunak atau pada bulan ke-1 rata-rata sebesar 0,658 ± 0,315 mg/L, nilai rata-rata sebesar 0,135 ± 0,065 mg/L, dan nilai rata-rata sebesar 0,802 ± 0,384 mg/L. Hasil pemeriksaan INR menunjukkan 54 pasien (62,79%) yang rata-rata diberi warfarin dosis 2,15 ± 0,74 mg per hari, tidak mencapai target INR. Nilai INR yang dicapai rata-rata sebesar 1,29 ± 0,30, dengan jangkauan INR 0,90 – 1,93. Sisanya sebanyak 32 pasien (37,21%) yang rata-rata diberi warfarin dosis 2,41 ± 0,80 mg per hari, mencapai target INR rata-rata sebesar 3,10 ± 0,93, dengan jangkauan nilai INR 2,01 - 5,30. Korelasi antara perkiraan kadar warfarin dalam darah dengan nilai INR tidak bermakna dengan nilai p = 0,180 (p > 0,05), sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,146 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah. Kata kunci : warfarin, kadar dalam darah, dosis, INR


Journal of Management and Pharmacy Practice | 2014

ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT INAP

Ria Istamining Dyah; Djoko Wahyono; Tri Murti Andayani

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan banyak biaya, maka analisis biaya menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komponen biaya, rata-rata biaya keseluruhan, dan mengetahui apakah terdapat korelasi antara faktor pasien dan jenis obat terhadap biaya total, antara jenis pembiayaan dan kelas perawatan terhadap biaya medis langsung pada pasien diabetes melitus rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian menggunakan rancangan deskriptif non eksperimental yang berasal dari pasien kelompok 1 (JAMKESMAS + PKMS + tidak mampu) dan kelompok 2 (ASKES PNS + Umum + Kerjasama), data diambil secara retrospektif dari catatan medik pasien dengan diagnosis utama diabetes melitus dengan penyakit penyerta yang memenuhi kriteria inklusi selama periode Januari sampai dengan Desember 2010, catatan bagian keuangan RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk mengetahui biaya serta rincian penggunaan obat dari bagian instalasi farmasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling . Uji chisquare digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor pasien, jenis obat, jenis pembiayaan, dan kelas perawatan terhadap biaya total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen biaya yang menyusun keseluruhan biaya adalah biaya medis langsung. Rata-rata biaya pengobatan total pada pasien kelompok 1 adalah Rp 4.127.180 dan pada pasien kelompok 2 adalah Rp 3.828.282. Komponen biaya terbesar pada pasien kelompok 1 adalah biaya laborat (27,02%), biaya obat (25,74%), dan biaya tindakan (17,20%), sedangkan pada pasien kelompok 2 komponen biaya terbesar adalah biaya obat (27,54%), biaya laborat (23,02%), dan biaya tindakan (19,00%). Hasil uji chisquare menunjukkan ada hubungan antara lama waktu perawatan (LOS) dengan biaya pengobatan diabetes melitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Kata kunci : analisis biaya, diabetes mellitus


JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) | 2014

PERBANDINGAN RESPON AWAL PEMBERIAN WARFARIN PADA PASIEN OBESITAS DENGAN NON-OBESITAS

Dian Oktianti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono

Pendosisan dan respon terapi warfarin bervariasi antara setiap pasien tergantung dari umur, tingkat keparahan penyakit, status nutrisi, berat badan, pengobatan lain, dan ada tidaknya polimorfisme genetik dari CYP2C9 atau VKORC 1 . . Sesuai atau tidaknya dosis warfarin dapat dilihat dari pemeriksaan nilai international normalized ratio (INR). Penelitian bertujuan untuk membandingkan respon awal pemberian warfarin pada pasien obesitas dan non obesitas. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang bersifat deskriptif dan observasional. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan yang menerima terapi warfarin pertama kali di RSUP dr Sardjito Yogyakarta disertai dengan pemeriksaan nilai INR. Analisis nonparametrik dengan uji Kaplan-Meier dilakukan untuk melihat lama hari yang diperlukan untuk mencapai target nilai INR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat pasien obesitas sebanyak 44 orang dan pasien nonobesitas sebanyak 48 orang. Berdasarkan uji Kaplan-Meier diperoleh median dari waktu untuk mencapai target nilai INR pada kelompok obesitas adalah 56 hari dan untuk kelompok nonobesitas adalah 57 hari tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok pasien dengan berat badan normal dan kelompok pasien obesitas untuk mencapai target nilai INR. Kata kunci : warfarin, respon awal, obesitas, nilai INR


INDONESIAN JOURNAL OF PHARMACY | 2005

A BIOEQUIVALENCE STUDY OF AMPICILLIN (GENERIC PRODUCTS) IN RABBITS

Djoko Wahyono; Nurlaila

The use of generic medicine in health services has strongly been suggested by government. Production of those type of medicine by government appointed pharmaceutical manufacturers has shown a good progress. However, monitoring to those products in the market, based on the bioequivalence quality, still need to be improved. An example of medicine produced in generic form is Ampicillin, one of the broad spectrum antibiotic effective to treat upper respiratory tract infections. The aim of this research was to evaluate the bioavailability of generic ampicillin capsules (500 mg) compared to the patented product. The research was carried out as follow: six male rabbits weighing 2.0 - 2.5 kg were assigned to a cross - over design to receive both products orally after 24 hour fasting. The generic and patented products were given to the rabbits with a week wash-out period. Following drug administration, the blood samples (11 samples) were drawn from the marginal ear vein at designated time (5-330 minutes) to analyse unmetabolized ampicillin fluorometrically. Detection of the ampicillin was recorded at maximum excitation (350 nm) and maximum emission (420 nm) wavelengths. The result showed that the AUC value of the generic product (3,211.25 ± 635.23 g hour/ml) was significantly higher than that of patented product (2,425.68 ± 895.26 g hour/ml) (p<0.05). The peak level of ampicillin (Cmax) was significantly higher for the generic (17.00 ± 5.10 g/ml) than patented product (11.25 ± 2.75 g/ml), while time to reach Cmax was not significantly different between the two products, ie. 77.34 ± 16.70 minutes (generic) and 82.48 ± 13.57 minutes (patented). The study concluded that the ampicillin capsules in generic form had a better biovailability than patented product. Key words: ampicillin, generic product, bioequivalence


Journal of Management and Pharmacy Practice | 2017

EVALUASI DOSIS WARFARIN DAN HASIL TERAPI PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Nova Hasani Furdiyanti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono


Indonesian Journal of Clinical Pharmacy | 2017

Peningkatan Peran Apoteker dan Outcome Pasien Tuberkulosis Melalui Uji Coba Model Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking (TEMAN) Apoteker

Nanang Munif Yasin; Djoko Wahyono; Bambang Sigit Riyanto; Ika Puspita Sari

Collaboration


Dive into the Djoko Wahyono's collaboration.

Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

Farida Hayati

Islamic University of Indonesia

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Researchain Logo
Decentralizing Knowledge