Munif Ghulamahdi
Bogor Agricultural University
Network
Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.
Publication
Featured researches published by Munif Ghulamahdi.
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat | 2016
Hermanto Hermanto; Munif Ghulamahdi; Latifah Kosim Darusman; Nurliani Bermawie; Atang Sutandi
Efektifitas serai wangi ( Cymbopogon nar-dus ) terhadap hama pengisap buah kakao Helopeltis antonii (Hemiptera;Miridae), te-lah dilakukan di Laboratorium KP. Laing Solok Sumatera Barat, sejak Juni sampai Desember 2008. Percobaan bertujuan un-tuk melihat pengaruh rajangan daun, se-nyawa volatile minyak serai wangi dan fraksi minyak serai wangi ( sitronella ) ter-hadap hama pengisap buah kakao. Perco-baan disusun dalam bentuk rancangan acak lengkap 12 perlakuan dengan 3 ulangan, perlakuan tersebut adalah rajang-an daun serai wangi (15, 25, dan 50 g)/ta-bung, minyak serai wangi dan fraksi sitro-nellal (0,10, 0,20, 0,30, dan 0,50 ml)/ta-bung. Selain itu efektifitas minyak serai wangi dan fraksi sitronellal juga diuji ter-hadap hama H. antonii dengan cara sem-prot. Percobaan disusun dalam bentuk acak lengkap 9 perlakuan dengan 3 ulang-an, konsentrasi yang diuji adalah (500, 1.000, 2.000 dan 4.000 ppm). Hasil pene-litian menunjukkan bahwa rajangan daun serai wangi 50 g/tabung memperlihatkan sifat menolak ( repelen ) terhadap serang-ga H. antonii dengan persentase rendah yaitu 53,33%, demikian juga pengaruh dari minyak serai wangi dan fraksi sitro-nellal pada dosis 0,1 ml/tabung, dengan persentase penolakan berkisar antara 53,33-73,33%. Pada dosis 0,30 ml/tabung pestisida nabati serai wangi bersifat mem-bunuh (insektisida), dengan persentase kematian serangga H. antonii 76,67% (mi-nyak serai wangi) dan 80% (fraksi sitro-nella). Penyemprotan minyak serai wangi dan fraksi sitronellal pada konsentrasi 2.000 ppm mampu membunuh serangga H. antonii 91,62%, sedangkan pada kon-sentrasi 4.000 ppm mencapai 100%.Bioassay beberapa minyak tanaman obat dan aromatik sebagai bahan aktif insekti-sida nabati untuk mengendalikan Dicono-coris hewetti . Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Bangka Belitung sejak April sampai Nopember 2009. Minyak atsiri diformulasikan menjadi insektisida nabati dengan mencampurkan 3 bagian minyak dengan 6,5 bagian etanol dan 0,5 bagian sabun sebagai emulsifier. Formula selan-jutnya dilarutkan dengan air sehingga di-peroleh konsentrasi uji yang diinginkan. Bioassay dilakukan dalam 3 tahapan ke-giatan . Pada tahap pertama formula ber-bahan aktif 1 jenis minyak atsiri diuji pada konsentrasi 10%. Formula yang mampu membunuh >80% serangga dilakukan uji lanjutan pada konsentrasi 5 dan 2,5%. Dua jenis minyak yang paling toksik diuji pada konsentrasi 2,5% dalam bentuk tunggal dan gabungan/kombinasi dengan komposisi 1:1, 1:2, dan 2:1. Aplikasi dila-kukan dengan meneteskan 1,5 µl larutan uji ke toraks serangga dengan mengguna-kan mikro pipet. Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan menggunakan 10 ekor serangga uji yang dipelihara di dalam cawan petri berisi bunga lada. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam terhadap kematian serangga uji sampai tidak ada peningkatan kematian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak lengkuas dan serai wangi paling efektif dipergunakan sebagai ba-han aktif insektisida nabati. Kedua minyak tersebut bersifat sinergis sehingga bila di-gunakan secara bersama-sama mampu meningkatkan toksisitas insektisida. Kom-binasi yang paling efektif adalah 1:1, pa-da 48 jam setelah perlakuan mampu mengendalikan 82% serangga uji.Efisiensi penggunaan benih temulawak ( Curcuma xanthorrhiza ), beberapa bagian rimpang dan ukurannya diuji dalam pene-litian ini. Penelitian bertujuan untuk mem-pelajari pengaruh ukuran benih (rimpang) terhadap pertumbuhan dan hasil te-mulawak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Sukamulya, Balai Peneliti-an Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) sejak November 2007 sampai Agustus 2008. Percobaan dengan lima perlakuan dan lima ulangan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji adalah lima taraf asal benih (rimpang) yaitu : (1) rimpang induk utuh (220,5 g), (2) rimpang induk dibelah 2 (109,7 g), (3) rimpang induk dibelah 4 (54,36 g), (4) rimpang induk dibelah 8 (27,29 g), dan (5) rimpang cabang (22,01 g). Peubah yang diamati adalah pertum-buhan tanaman, komponen hasil (jumlah dan bobot rimpang induk serta rimpang cabang, dan hasil). Hasil penelitian me-nunjukkan tanaman berasal dari rimpang induk menghasilkan rimpang segar terting-gi (27,2 t/ha), dan tidak berbeda nyata de-ngan produksi tanaman yang dihasilkan dari rimpang induk dibelah dua (24,2 t/ ha). Untuk efisiensi benih maka rimpang induk dibelah dua dapat dijadikan alterna-tif sebagai bahan tanaman dalam budidaya temulawak.
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan | 2017
Rini Hermanasari; Sintho Wahyuning Ardie; Suwarno Suwarno; Munif Ghulamahdi; Hajrial Aswidinnoor
Phosphorus deficiency is common in rice cultivated soils and particularly acting as a limiting factor in the acid sulfate and acid upland soils. Improved variety adapted to low soil-P condition is needed to reduce the need of P fertilizer and to increase rice yield. A study was conducted on the application of modified bulk selection method in rice breeding to develop lines adapted to low soil-P condition. The materials used in the study were two populations of F3 generation derived from crosses of IR6008023/Bernas Prima and Gampai/Progol. The materials were planted on P sub-optimum condition at Muara Experiment Station, Bogor, West Java, to obtain F4 and F5 population, selected using modified bulk method. The F5 population were planted on two environment conditions, namely on P optimum (36 kg/ha P2O5) and on P sub-optimum (without P fertilizer) to obtain F6 population. A total of 40 lines from each population were selected, so that 160 F6 lines were obtained. The F6 lines were evaluated on P+ and P- conditions, using augmented design. Result showed that selection for lines adapted to P- should be done on P- condition, whereas for those adapted to P+ could be done on either P+ or P- condition. Lines selected for P- were different from those selected for P+, and some lines selected for both P- and P+ felt at different yield ranks. It was concluded that modified bulk method followed by line selection was effective to develop breeding lines adapted to P- or P+. For P-, the modified bulk and line selection should be conducted in P-, whereas for P+, the modified bulk could be planted on P+ or P-, but the line selection should be conducted on P+ condition.
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat | 2017
Rudi Suryadi; Munif Ghulamahdi; Ani Kurniawati
Nigella sativa L. yang dikenal dengan jintan hitam merupakan tanaman asli daerah Asia Barat dan kawasan Mediterania yang beriklim sub tropis. Bijinya yang berkhasiat sebagai obat dan rempah sudah dimanfaatkan sejak ribuan tahun lalu terutama oleh umat Muslim di Timur Tengah dan Asia Selatan. Penelitian tanaman jintan hitam di daerah tropis sampai saat ini masih terbatas. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi biji dan kandungan bioaktif thymoquinone tanaman jintan hitam. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Manoko, Lembang menggunakan benih berasal dari Arab Saudi. Rancangan yang digunakan adalah petak terbagi, dengan petak utama dua taraf dosis pupuk N (0 dan 120 kg N ha -1 ) dan anak petak empat taraf dosis pupuk P (0, 60, 120, dan 180 kg P 2 O 5 ha -1 ) diulang tiga kali. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan, produksi biji dan kandungan thymoquinone . Hasil penelitian menunjukkan pemupukan N dan P masing-masing nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi biji jintan hitam. Pemupukan dengan dosis 120 kg N ha -1 dan 180 kg P 2 O 5 ha -1 mampu meningkatkan produksi biji sebesar 477,48 kg ha -1 dengan kadar thymoquinone 0,0625% dan produksi thymoquinone 29,84 kg ha -1 .
Procedia environmental sciences | 2016
Munif Ghulamahdi; Siti Ria Chaerunisa; Iskandar Lubis; P. W. J. Taylor
International Journal of Sciences: Basic and Applied Research | 2015
Bachtiar Bachtiar; Munif Ghulamahdi; Maya Melati; Dwi Guntoro; Atang Sutandi
Asian Journal of Plant Sciences | 2014
Alce Ilona Noya; Munif Ghulamahdi; Didy Sopandie; Atang Sutandi; Maya Melati
Indonesian Journal of Agronomy | 2009
Munif Ghulamahdi; Maya Melati; Danner Sagala
Indonesian Journal of Agronomy | 2008
Sugiyanta; Fred Rumawas; Muhamad Achmad Chozin; Wahju Qamara Mugnisyah; Munif Ghulamahdi
Indonesian Journal of Agronomy | 2008
Munif Ghulamahdi; Sandra Arifin Aziz; Nirwan
Archive | 2007
Munif Ghulamahdi; Sandra Arifin Aziz; Nurliani Bermawie; Hernani