Network


Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.

Hotspot


Dive into the research topics where Sandra Arifin Aziz is active.

Publication


Featured researches published by Sandra Arifin Aziz.


Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat | 2017

SHOOT, TOTAL PHENOLIC, AND ANTHOCYANIN PRODUCTION OF Plectranthus amboinicus WITH ORGANIC FERTILIZING

Rina Ekawati; Sandra Arifin Aziz; Nuri Andarwulan

Limbah hasil penyulingan tanaman atsiri berpotensi sebagai mulsa dan repelen (penolak) hama serangga, sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan mulsa dari limbah tanaman atsiri yang dikombinasikan dengan aplikasi pestisida nabati untuk mengendalikan Crocidolomia binotalis pada tanaman brokoli. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Manoko, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) sejak Maret sampai Agustus 2011. Penelitian dirancang dalam acak kelompok, dengan sembilan perlakuan dan diulang tiga kali. Perlakuan terdiri dari limbah nilam dan serai wangi yang dikombinasikan dengan aplikasi insektisida nabati BP1 (formula minyak cengkeh, serai wangi dan temulawak) dan BP2 (formula minyak cengkeh, serai wangi dan jarak pagar) serta insektisida kimia sebagai pembanding, dan tanpa aplikasi (kontrol). Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama C. binotalis, produksi tanaman, kadar N tanah dan populasi mikroba di dalam tanah sebelum tanam dan sesudah panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi aplikasi limbah tanaman atsiri dengan insektisida nabati berbahan aktif eugenol, sitronellal dan xanthorizol (BP1) berbeda nyata positif dengan perlakuan kontrol tetapi berbeda nyata negatif dibandingkan dengan kombinasi aplikasi insektisida sintetis terhadap kerusakan akibat serangan C. binotalis. Perlakuan insektisida mampu memberikan kenaikan hasil 14% lebih tinggi dibanding kontrol. Kenaikan produksi yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan kombinasi aplikasi limbah nilam dengan insektisida sintetis yaitu sebesar 40%. Aplikasi limbah tanaman atsiri tidak menaikkan secara nyata unsur N, tetapi memberikan kontribusi yang nyata unsur K terutama aplikasi limbah nilam. Aplikasi limbah nilam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi brokoli.Upaya peningkatan produktivitas lada dapat dilakukan dengan penggunaan bahan tanaman unggul lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi hasil, komponen hasil dan mutu lada lokal asal Sukabumi dan varietas pembanding Petaling-1, di dua agroekologi berbeda, di kabupaten Sukabumi dan kabupaten Purwakarta. Pengamatan dilakukan pada 10% tanaman contoh dari tiap populasi, pada sifat hasil per pohon, komponen hasil dan mutu. Data dianalisis dengan uji t. Pertumbuhan, hasil, komponen hasil dan mutu lada kedua varietas secara umum lebih baik di Purwakarta dari pada di Sukabumi. Hasil uji t memperlihatkan bahwa hasil per pohon, karakter jumlah malai per tanaman, panjang malai, jumlah biji per malai, bobot malai dan panjang tangkai malai berbeda antara varietas lokal dengan varietas Petaling-1, dan lada lokal lebih baik dari Petaling-1. Hasil lada lokal per pohon di Purwakarta 2,79 kg, dan varietas Petaling-1, yaitu1,67 kg per pohon. Di Sukabumi hasil buah segar lada lokal juga lebih tinggi dari varietas Petaling-1 berturut-turut 2,13 kg dan 1,30 kg per pohon. Malai lada lokal 9-13,5 cm, dengan jumlah buah per malai 70-140 butir, lebih panjang dan lebih banyak dari malai Petaling-1 berturut-turut 5-9 cm, dan 20-60 butir. Mutu lada putih maupun lada hitam berbeda antar lokasi, dan mutu di Purwakarta lebih baik dari pada di Sukabumi. Di kedua lokasi, mutu lada lokal baik kadar minyak atsiri, oleoresin maupun piperin lebih baik dari Petaling-1. Bobot buah segar lada lokal sama dengan Petaling-1 sehingga cocok untuk diproses menjadi lada putih.Pemanfaatan limbah nilam hasil penyulingan masih sangat terbatas dan pada umumnya limbah tersebut digunakan sebagai tambahan bahan bakar penyulingan nilam. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah nilam tersebut sekaligus membantu mengatasi kebutuhan dan mahalnya pupuk buatan saat ini maka dilakukan sebuah percobaan pot di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor pada tahun 2008. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah tiga dosis pemupukan kompos limbah nilam masing-masing 0, 1,5 dan 3,0 kg pot-1 dan faktor kedua adalah tiga dosis pemupukan NPK masing-masing 0, 8, dan 16 g pot-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kompos maupun pupuk NPK mampu meningkatkan jumlah cabang primer. Aplikasi tiga kilogram kompos limbah nilam pot-1 meningkatkan bobot terna nilam secara nyata pada ketiga dosis NPK yang diberikan. Tingginya kadar N pada kompos limbah nilam (3,59%) menyebabkan kompos limbah nilam sangat efektif meningkatkan kesuburan pada tanah percobaan dan memperbaiki pertumbuhan tanaman nilam. Aplikasi pupuk kompos pada perlakuan tanpa pupuk NPK (K2P0) lebih baik dibanding perlakuan pupuk NPK tanpa kompos (K0P2). Kombinasi perlakuan pemupukan kompos dan NPK tertinggi (K2P2) mampu menghasilkan terna nilam segar tertinggi sebesar 335 g tanaman-1. Proses penyulingan dan pengomposan mampu menurunkan senyawa fenolik yang bersifat alelopatik dan toksik seperti asam koumarat, asam adipat, asam sinapat, dan asam hidroksi benzoat pada daun nilam. Kadar minyak nilam varietas Sidikalang beragam dengan kisaran antara 2,39 sampai dengan 4,34% bahan kering.


Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia | 2016

RESPONSE OF Andrographis paniculata ON PHOSPHATE AND ENDOPHYTIC BACTERIA CONSORTIA IN NUTRIENT SOLUTION MEDIA

Gusmaini Gusmaini; Didy Sopandie; Sandra Arifin Aziz; Abdul Munif; Nuriani Bermawie

Phosphate and endophytic bacteria are two necessary components in primary and secondary metabolic processes of king bitter (Andrographis paniculata). This research objectives to know the effect of P and endophytic bacteria consortia (EBC) to improve growth, yield and andrographolide content of A. paniculata. This experiment consisted of two stages: a) the response of A. paniculata to P concentrations in growth medium. The experiment was arranged in randomized block design with six treatments and four replications. The P concentrations were 0, 0.01, 0.05, 0.1, 1.0, and 2.0 mM KH2PO4. b) The response of A. paniculata to P concentration and EBC in nutrient solution media. The trial used a factorial randomized block design, 4 treatments, factorial, with six replications. The first factors were P consentration P; deficient P (0,1 mM KH2PO4), and P sufficient (1,0 mM KH2PO4). The second factors were EBC; without and with EBC (20CD). The results of the first stage indicated that P was deficient at 0.1 mM KH2PO4 and P sufficient at 1.0 mM KH2PO4. The results of the second stage showed that the P sufficient concentration significantly increased growth, and dry weight of herb. However, P deficient improved andrographolide content. The EBC significantly improved growth, increased dry weight of herb, and andrographolide yield. Although had no significant effect on andrographolide content. There were no interaction between P concentration and EBC in nutrient solution media. Fosfat (P) dan bakteri endofit merupakan dua komponen yang penting di dalam proses metabolit primer dan sekunder pada tanaman sambiloto. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh P dan konsorsium bakteri endofit (KBE) terhadap peningkatan pertumbuhan, produksi dan kadar andrografolid tanaman sambiloto. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap: a) Respon tanaman sambiloto terhadap konsentrasi P pada media larutan hara, menggunakan rancangan acak kelompok, 6 perlakuan, dan 4 ulangan. Perlakuan P terdiri dari 0; 0,01; 0,05; 0,1; 1,0; dan 2,0 mM KH2PO4. b) Response tanaman sambiloto terhadap P dan KBE pada media larutan hara, Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, faktorial, 4 perlakuan dan 6 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi P terdiri dari P kurang (0,1 mM KH2PO4) dan P cukup (1,0 mM KH2PO4). Faktor kedua adalah bakteri yaitu tanpa KBE dan dengan KBE (20CD). Hasil penelitian pada tahap pertama menunjukkan bahwa diperoleh dosis P kurang untuk tanaman sambiloto (0,1 mM KH2PO4) dan dosis P cukup (1,0 mM KH2PO4). Hasil penelitian pada tahap kedua menunjukkan bahwa Pemberian P cukup mampu meningkatkan pertumbuhan, dan bobot kering herba. Sebaliknya, P kurang meningkatkan kadar andrografolid. KBE mampu meningkatkan pertumbuhan, bobot kering herba, dan produksi andrografolid, tetapi tidak mempengaruhi kandungan andrografolid. Tidak ada interaksi antara P dan KBE dalam media larutan hara.


Jurnal Lanskap Indonesia | 2016

HUBUNGAN JUMLAH BUNGA, JUMLAH DAUN, JUMLAH ANAK DAUN, JUMLAH CABANG, DAN TINGGI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack)

Ray March Syahadat; Sandra Arifin Aziz

ABSTRACT Increasing numbers of vehicles wil lincrease the concentration of carbondioxide (CO2) in the atmosphere. Bogor Botanical Gardens was chosen as study site because it is one of urban forest in Bogor City with an important role in absorbing carbondioxide (CO2). Therefore to calculate carbondioxide (CO2) that was absorbed by canopy trees in Bogor Botanical Garden used the software ArcView3.2 and extensions CITYgreen 5.0. Based on the result of the analysis CITYgreen 5.0 obtained information stating that existing condition in Bogor Botanical Gardens has carbondioxide (CO2) sequestration potential by 134,61 tons/year and it is able to absorb carbondioxide (CO2) emissions only 0,06 % of carbondioxide (CO2) emitted by motor vehicles at this time. Bogor Botanical Gardens with the first scenario could increase the carbondioxide (CO2) sequestration potential from existing condition by 117,06%. The first scenario is able to absorb carbondioxide (CO2) emissionsby 0,055% carbondioxide (CO2) emitted by motor vehicles in 2040. Then the second scenario was made to increase the carbondioxide (CO2) sequestration potential. The second scenario could increase the carbondioxide (CO2) sequestration potential from the existing condition in the Bogor Botanical Gardens by 267,88%. The second scenario is able to absorb carbondioxide (CO2) emissions by 0,094% sof carbondioxide (CO2) emitted by motor vehicles in 2040. Keywords: Bogor Botanical Garden,Carbondioxide (CO2) emission, Carbondioxide (CO2) sequestration, CITYgreen 5.0ABSTRACT Beach landform is geographically formed by sand and located in sea shore. Land use change of mangrove forest into embankment and the development of tourism in Tan-jung Baru Beach has lead to the occurrence of enviromental degradation in this area. This research was aimed to identify and analyze bio-physical condition, and also to propose landscape planning concept and development toward the ecologycal landform based tourism planning. The method used in this research refers to ecological approach with the planning stages by Gold (1980). That method consists of preparation, inven-tory, analysis, synthesis, and landscape planning. Descriptive and spatial analyze were used to determine the quality ecology and tourism aspects. Spatial analysis of these aspects is use to determine the quality of ecology and tourism area of Tanjung Baru Beach. The result of this research shows that there are 4 quality categories of ecology aspect which are worst, less, rare, and good. The tourism aspect found that the category is the same as in ecology aspect. The proposed recommendation is focused on conservation and rehabilition of mangrove forest as ecological based tourism planning. Keywords: Ecology, Landform, Beach, Tourism, Landscape PlanningABSTRACT Agriculture is the one of the important sector that contributes the economic growth in Indonesia. But, now the economic growth is not in line with the agricultural land growth and the prosperity of the farmer. The effort to develop the agricultural sector which engage the farmer is the one thing that we can do to increase the prosperity of the farmer. Integrated farming give us the big opportunity to increase the farmer’s income in the village. Basically, the integrated farming is the agricultural system which characterized with the interaction and synergy dependability between various agricultural activities. The methode of this research is descriptive methode, using various reference books to get information about integrated farming. Then, applying the information to concept and concept development. Activity base is the main concept of this research, and the result of this research is integrated farming landscape. Keywords : agricultural landscape, agricultural tourism, desain, education, integrated farming


Jurnal Hortikultura Indonesia | 2016

Produksi Bibit Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Komposisi dan Volume Media Tumbuh yang Berbeda

Ahmad Nur Hidayat Gena Ari; Maya Melati; Sandra Arifin Aziz

ABSTRACTPerennial sow thistle (Sonchus arvensis L.) is one of medicinal plants which has potential in healing kidney disease. However, quality and sufficient supply of perennial sow thistle seedling with good quality is inadequate. This research was aimed at producing perennial sow thistle seedling generatively and to determine the suitable type of growth media and media volume for its production. The experiment was conducted in experimental field at Cikarawang, IPB from October 2015 to January 2016. The experiment was laid out in completely factorial randomized design (3x3) with three replications. The two of treatment factors were volume of growth media (9, 12, and 29 mL) and composition of growth media (100% goat manure, 50% goat manure + 50% rice hull charcoal, and 33% goat manure + 33% rice hull charcoal + 33% coco peat) (v:v). The results showed that larger media volume produced better perennial sow thistle seedling. There was significant effect of interaction between media volume and composition of growth media to some variables: leaf number, leaf length, leaf width, plant weight, shoot weight, root length, and total flavonoid concentration. The result showed that 50% goat manure + 50% rice hull charcoal and combination of media volume 12 mL was strongly recommended for production of perennial sow thistle seedling.Keywords: coco peat, flavanoid, manure, rice hull, seedlingABSTRAKTempuyung (Sonchus arvensis L.) merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk mengatasi masalah penyakit batu ginjal. Besarnya potensi yang dimiliki oleh tempuyung belum diimbangi dengan penyediaan bibit yang baik dan jumlah yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi bibit tempuyung melalui pembibitan secara generatif, serta menentukan jenis media tanam dan volume media yang tepat. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Cikarawang IPB, pada bulan Oktober 2015 sampai Januari 2016. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama adalah jenis komposisi media tanam yaitu menggunakan 100% pupuk kandang kambing, 50% pupuk kandang kambing+ 50% arang sekam, dan 33% pupuk kandang kambing + 33% arang sekam + 33% cocopeat (v:v), faktor ke dua adalah volume media dengan ukuran 7.9, 12, dan 29 mL tiap lubang pada tray, setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan volume media yang lebih besar (29 mL) menghasilkan pertumbuhan dan hasil bibit tempuyung yang lebih baik. Terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan jenis komposisi media dan volume media terhadap peubah jumlah daun, panjang daun, lebar daun, bobot total dan bobot tajuk tanaman, panjang akar serta kadar total flavonoid. Perlakuan media terbaik untuk produksi bibit tempuyung komposisi media 50% pupuk kandang kambing + 50% arang sekam (v:v) dengan volume media 12 mL.Kata kunci : arang sekam, cocopeat, flavonoid, pembibitan, pupuk kandang kambing


Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat | 2016

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN BIOAKTIF DAUN TANAMAN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) JACK) DI PEMBIBITAN

Ray March Syahadat; Sandra Arifin Aziz

Kamandrah ( Croton tiglium ) merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida, terutama bijinya. Untuk mendapatkan dosis pupuk N dan P optimal pada tanaman kamandrah, telah dilakukan penelitian sejak April 2008 sampai April 2009 di Tamianglayang, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Bahan yang digunakan adalah benih kamandrah yang ditanam dengan jarak 3 m x 3 m. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi (satu kilogram pohon -1 untuk seluruh perlakuan), N (Urea), P (SP-36), dan K (KCl). Dosis K adalah 25 kg KCl ha -1 untuk seluruh perlakuan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok sembilan perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari (a) 50 kg Urea + 150 kg SP-36 ha -1 ; (b) 75 kg Urea + 150 kg SP-36 ha -1 ; (c) 100 kg Urea + 150 kg SP-36 ha -1 ; (d) 75 kg Urea + 125 kg SP-36 ha -1 ; (e) 75 kg Urea + 100 kg SP-36 ha -1 ; (f) 75 kg Urea + 75 kg SP-36 ha -1 ; (g) 125 kg SP-36 ha -1 ; (h) 75 kg Urea ha -1 ; dan (i) kontrol. Parameter yang diamati, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, jumlah tandan bunga, hasil buah pohon -1 , kadar minyak, dan kadar bahan aktif ( piperine ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 75 kg Urea + 125 kg SP-36 adalah yang terbaik, didapatkan produksi berat basah pada tahun pertama sebesar 1.133,33 g enam tanaman -1 atau 188,88 g tanaman -1 . Rendemen tertinggi dihasilkan pada perlakuan 75 kg Urea + 100 kg SP-36 yaitu 13,10%, sedangkan kadar piperin tertinggi pada perlakuan 75 kg Urea yaitu 0,0693%.Penampilan karakter morfologi, hasil dan mutu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, hasil dan mutu enam genotip lengkuas ( Alpina galanga ) pada tiga agroekologi. Penelitian dilakukan sejak Januari 2011 sampai Agustus 2012 di Lebak (Banten); Kulon Progo (Yogyakarta), dan Karang Anyar (Jawa Tengah). Enam genotip lengkuas dan dua nomor lokal ditanam menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan empat ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi, produksi, dan mutu. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ragam gabungan. Mutu dianalisis mengacu kepada Farmakope Herbal Indonesia (FHI). Terdapat keragaman pada karakter morfologi, hasil, dan mutu antar genotip pada berbagai lokasi. Nomor Lokal-2 asal Karang Anyar menunjukkan pertumbuhan terbaik dibandingkan nomor lokal yang lain. Lokasi berpengaruh terhadap bobot dan karakter morfologi rimpang. Hasil terbaik diperoleh dari penanaman di Lebak dan Karang Anyar. Terdapat variasi pada kadar minyak atsiri antar genotip pada tiga lokasi berkisar antara 0,30-0,50%. Kadar minyak atsiri tertinggi dan memenuhi standar FHI (0,5%) diperoleh dari genotip lengkuas merah Alga 013 yang ditanam di Kulon Progo. Kadar air simplisia sesuai dengan standar FHI, sedangkan kadar abu dan abu tak larut asam masih melebihi batas MMI. Kadar sari yang larut dalam alkohol dan air lengkuas lebih baik dibandingkan ketentuan FHI. Kadar serat dan kadar pati berbeda antar lokasi. Kadar serat tertinggi ditunjukkan oleh genotip yang ditanam di Lebak dan terendah di Kulon Progo.Penelitian pengaruh beberapa jenis pestisida nabati terhadap serangan hama pada teh telah dilakukan di PTPN VIII, Perkebunan Teh Gedeh, Cianjur, Jawa-Barat tahun 2011. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formula pestisida nabati efektif terhadap hama teh. Penelitian dirancang dalam acak kelompok dengan enam perlakuan, yaitu formula (1) sitronellal; (2) eugenol; (3) rotenon; (4) azadirachtin; (5) campuran sitronellal, rotenon, eugenol, dan azadirachtin; dan (6) kontrol (air), masing-masing dengan konsentrasi lima ml l -1 air, diulang empat kali. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan pada pucuk teh sebanyak empat kali panen. Hasil menunjukkan semua formula pestisida nabati efektif mengendalikan intensitas serangan tiga Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada pucuk teh, yaitu ulat jengkal ( Plusia calchites ), Empoasca ( Empoasca sp.) dan Helopeltis ( Helopeltis spp.) rata-rata 30%, kecuali eugenol yang belum menunjukkan kemampuannya dalam menekan serangan Helopeltis spp. Eugenol menunjukkan gejala fitotoksik pada pucuk teh (pucuk teh terlihat seperti terbakar). Walaupun terdapat perbedaan yang signifikan dalam menekan kerusakan pucuk daun teh, semua formula belum memberikan hasil yang memuaskan karena masih relatif tingginya pucuk teh yang terserang OPT. Hal ini diakibatkan oleh faktor iklim, dimana embun dan curah hujan relatif tinggi di lokasi penelitian, sehingga mudah mencuci formula pestisida nabati pada pucuk teh. Oleh karena itu, untuk penelitian kedepan perlu penambahan bahan perekat nabati seperti dari Sapindus rarak pada semua formula yang diuji.


Indonesian Journal of Agronomy | 1997

PENGARUH JUMLAH BUKU TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK CABANG BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, AMPEL HIJAU, AMPEL KUNING, ORI, TALI DAN HITAM PADA KULTUR AIR

Sandra Arifin Aziz; Adiwirman

One and two nodes (if branch cuttings were use as vegetative propagation material in water culture, which is the dipping of all the nodes of branch cuttings in the water. Experiment was carried out on eight bamboo species: Dendrocalamus asper, Gigantochloa pseudoarundinacea, G. atter, Bambusa vulgaris green and yellow, B. bam boos, G. apus and G. atroviolacea, with one and two nodes branch cuttings. Only three species had been propagated successfully by this method, which were green and yellow B. vulgaris and G. apus. No significant growth difference was observed between one and two nodes branch cuttings. Growth percentage of green B. vulgaris on experiment 1, 2 and 3, yellow B. vulgaris and G. apus were 40, 56.25, 55, 30 and 9.38% respectively.


Indonesian Journal of Agronomy | 1997

KEBERHASILAN PINDAH TANAM SETEK CABANG BAMBU AMPEL HIJAU (Bambusa vulgaris) DARI KULTUR AIR KELAPA

Sandra Arifin Aziz

An experiment of transplanting one and two nodes of green Bambusa vulgaris branch cutting from water culture the field was carried out with the application of chicken manure 0.0, 0.2, 0.4, 0.6, and 0.8 kg/plantlet, with based fertilizer Urea, TSP, and KCl 0.50, 0.50, and 0.50 kg/plantlet, respectively. Split plot design was used, with chicken manure as main plot and number of nodes as sub plot. All the combination were replicated thrice. Chicken manure 0.4 kg and Urea 0.50, TSP 0.25 and KCl 0.50 kg/plantlet is relatively needed to transplant green Bambusa vulgaris branch cutting from water culture to the field. Plantlet with two nodes had better growth ability than one nodes on 12 and 14 weeks after transplanting, although no significant differences observed at the initial and the end of the experiment.


Indonesian Journal of Agronomy | 2009

Kajian Pemupukan NPK dan Jarak Tanam pada Produksi Antosianin Daun Kolesom

Leo Mualim; Sandra Arifin Aziz; Maya Melati


Indonesian Journal of Agronomy | 2007

Respon Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan

Neni Musyarofah; Slamet Susanto; Sandra Arifin Aziz; Suyanto Kartosoewarno


Indonesian Journal of Agronomy | 2008

Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk Kandang Ayam

Hilda Susanti; Sandra Arifin Aziz; Maya Melati

Collaboration


Dive into the Sandra Arifin Aziz's collaboration.

Top Co-Authors

Avatar

Munif Ghulamahdi

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Maya Melati

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Dewi Sukma

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Leo Mualim

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Slamet Susanto

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Abdul Munif

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Didy Sopandie

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Hilda Susanti

Lambung Mangkurat University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Nuri Andarwulan

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar

Atang Sutandi

Bogor Agricultural University

View shared research outputs
Researchain Logo
Decentralizing Knowledge